Melarikan Diri

Standard

Logo Lomba Cerpen Gurita

Dari dalam akuarium Guri memandang pantai sambil termenung. Selama seminggu ini, hampir setiap hari gurita kecil berwarna merah itu melakukannya.

“Sudahlah…lama-lama kau juga akan terbiasa tinggal disini” kata Kuri Kura-Kura.

Sambil berkata, kura-kura itu berenang menemani Guri melihat pantai yang terpampang lewat jendela.

“Iya, lagi pula Andi baik, ia tidak pernah telat memberi kita makan” timpal Kulo Kuda Laut sembari ikut mendekat.

Kini mereka bertiga berenang berjejer.

“Terima kasih kawanku yang baik, tapi aku tetap ingin kembali ke laut,” jawab Guri, “aku kangen mama dan papa” lanjutnya.Seminggu yang lalu, saat Guri berenang di pantai, Andi, seorang lelaki berkacamata menangkapnya. Lalu disinilah ia sekarang, dipelihara dalam sebuah akuarium kecil bersama Kuri Kura-Kura dan Kulo Kuda Laut. Dan satu lagi, Binbin, bintang laut yang hobinya tidur.

Tidak beberapa lama pintu kamar terbuka. Andi masuk sambil membawa ember dan selang air. Dengan selang itu ia memindahkan sebagian air dalam akuarium ke ember.

“Tenang saja, Andi hanya akan menguras akuarium, agar kita tetap nyaman…” jelas Kuri pada Guri yang terlihat panik.

Setelah air dalam akuarium sudah banyak berkurang Andi membawa akuarium menuju atap. Kamar Andi terletak di lantai dua sebuah bangunan yang memiliki atap datar. Sesampainya di sana Andi memindahkan Guri dan kawan-kawan ke ember berwarna merah sebelum membersihkan akuarium.

“Wahhh…segar sekali airnya” kata Binbin beberapa lama kemudian.

Andi memang telah selesai menguras akuarium dan meletakkannya kembali di kamarnya. Tapi sayang, gorden jendela sudah ditutup, Guri tidak bisa lagi memandang pantai. Di luar langit telah gelap dan malam itu hujan turun dengan deras.

“Dingin-dingin gini enaknya tidur, kawan” celetuk Binbin.

Dasar Binbin hobinya tidur. Tetapi kali ini mereka semua sepakat dengannya.

“Aku harus bisa kembali ke laut…” janji Guri di dalam hati sebelum beranjak tidur.

Minggu berganti dan tidak terasa sudah sebulan Guri tinggal di akuarium bersama kawan-kawan barunya. Pada suatu pagi ada yang berbeda dengan Guri si gurita cilik berwarna merah ini.

“Kamu kenapa sih, Gur? Kok kelihatan ceria banget?” tanya Kuri keheranan.

“Iya nih, gak biasanya?” timpal Kulo ikut-ikutan.

“Aku akan memberitahu kalian…” jawab Guri sok misterius.

Kuri dan Kulo segera berenang mendekat karena penasaran. Binbin seperti biasa, tertidur pulas di dasar akuarium.

“Sore ini aku akan keluar dari akuarium dan kembali ke laut” kata Guri sambil menggoyangkan tentakelnya.

“Serius? Bagaimana caranya?” tanya Kuri setengah tak percaya.

“Ada deh, pokoknya selama sebulan ini aku telah melakukan pengamatan. Dan kalian lihat mendung di langit itu?” kata Guri sambil menunjuk ke langit di luar,  “Hujan malam ini akan turut membantuku menuju laut” sambungnya dengan mantap.

“Hei, kalaupun kau bisa keluar, entah bagaimana caranya, diluar sangat berbahaya. Tidakkah kau dengar suara camar-camar? Paruh mereka sangat tajam” timpal Kulo.

Kuri mengangguk-anggukan kepala tanda setuju dengan pendapat Kulo.

“Aku sudah memikirkannya, jangan khawatir. Dan terima kasih kuucapkan kepada kalian kawan-kawanku yang baik, mungkin kita tidak akan bertemu lagi setelah ini” jawab Guri.

Guri memulai aksi kaburnya dengan menyemprotkan banyak sekali tinta hitam ke air. Teman-temannya jengkel karena air menjadi kotor, tetapi memang itulah tujuannya.

Begitu melihat akuarium Andi kaget.

“Wah, kenapa bisa kotor sekali, perasaan baru beberapa hari yang lalu kukuras, ya sudah mumpung belum hujan aku bersihkan lagi” kata Andi.

Seperti biasa, setelah mengurangi airnya, Andi membawa akuarium ke  atap. Sebelum membersihkannya Andi memindahkan Guri dan kawan-kawan ke ember berwarna merah. Di ember berwarna merah itu Guri melakukan aksi keduanya. Ia menggunakan kemampuannya untuk menyesuaikan warna tubuhnya dengan ember. Apalagi warna tubuh Guri merah, sama dengan warna ember. Dengan menempel ke dinding ember ia menjadi sulit terlihat.

Begitu akuarium bersih Andi memindahkan kembali semua hewan itu dari ember merah. Tetapi ternyata tidak semuanya, Guri masih tertinggal! Penyamaran gurita kecil itu tampaknya berhasil.

Gerimis turun, Andi tidak sadar bahwa isi akuariumnya berkurang satu ekor gurita. Air di ember merah ia buang lewat pipa saluaran air dari atap.

Wuss!

Guri meluncur bersama air melewati pipa. Akhirnya ia sampai di selokan kecil di depan bangunan yang alirannya menuju ke pantai. Pelarian Guri sudah berhasil setengah jalan, tetapi air di selokan itu belum cukup membawanya ke pantai.

“Hujan, turunlah! kalau kau tidak datang aku bisa mati disini…” pinta Guri sambil menengadahkan kepala.

Hujan deras yang diharapkannya tidak juga datang, dari sore sampai tengah malam hanya gerimis saja. Semalaman Guri tidak tidur dan terus berdoa berharap hujan deras.

Bras! Bras! Bras!

Menjelang pagi hujan deras yang ditunggu datang. Guri kini berenang mengikuti arus air menuju pantai. Sesampainya di pantai matahari sudah mulai menampakkan diri. Ini adalah saat paling berbahaya! Karena pagi hari waktunya camar-camar mencari makan. Dan benar saja seekor camar menukik tajam, kepiting kecil di samping Guri menjadi korban pertama.

Guri berenang sekuat tenaga menuju laut, namun camar tampaknya lebih cepat. Seekor camar kembali menukik ke arahnya. Melihat gerakan camar, Guri segera memutuskan salah satu tentakelnya. Dan berhasil, camar itu memilih untuk menancapkan paruhnya ke tentakel yang menggeliat seperti cacing.

Akhirnya setelah memutuskan dua tentakelnya lagi Guri berhasil mengecoh camar dan sampai di tengah laut.

“Untuk berhasil memang butuh pengorbanan” gumam Guri.

Meskipun tentakelnya berkurang tiga ia puas karena berhasil kembali ke laut dengan selamat. Karena lelah dan semalaman tidak tidur Guri mengantuk dan mencari terumbu karang untuk istirahat.

Baru sebentar terlelap tiba-tiba ada sesuatu yang membangunkannya.

“Hei, Guri bangun! Kamu sudah kayak Binbin aja!”

Guri terbangun dan kaget bukan kepalang. Didapatinya Kuri, Kulo, dan Binbin ada di depannya.

“Ternyata kita bertemu lagi kawan” kata Kuri sambil tersenyum.

Guri masih tidak percaya.

“Tadi pagi Andi melepas kami ke pantai, sepertinya ia akan pindah” tukas Kulo melihat kekagetan Guri.

Seketika Guri lemas, sedangkan Binbin sudah tertidur saja di dasar laut.

 Tamat

12 thoughts on “Melarikan Diri

  1. okto

    buakakaka… kasian banget si okto, kerja kerasnya bisa dibilang “sia-sia”.
    utk genre dongeng, sayang klo endingnya gitu.
    kasi sesuatu yg klise aja, udah jarang nih cerita klise. 🙂

Leave a reply to dongengagung Cancel reply